Sejarah Desa
01 Februari 2017 02:18:39 WIB
Pada jaman dahulu, diperkirakan tahun 1900 terdapat sebuah wilayah kecil di bagian timur Kabupaten Pacitan yaitu teluk Panggul dengan sebutan Kecamatan Panggul. Ialah sebagian kecil wilayah di pinggiran pantai yaitu suatu desa yang saling berdekatan, yaitu Desa Karang dan Desa Wonocoyo.
Sesudah tahun 1900 atau sebelum tahun 1922 terdapat Desa Karang, karena sebagian besar penduduknya bertempat tinggal di lokasi pekarangan yang masih rimbun pepohonan dan semak belukar, maka disebut Desa Karang. Desa tersebut terbagi menjadi 4 Kasunan atau istilahnya Kamituanan, yaitu :
- Dusun Karang
- Dusun Kepuh
- Dusun Pucang Ombo/Kacang Ombo karena dulu terdapat kebun kacang yang luas
- Dusun Pelang, yang dahulu kala tokohnya terkenal dengan Mbah Bayan Jayan Sari dan mempunyai kerbau yang tanduknya sepanjang 1 meter, tapi kerbau tersebut gila/edan/ndarung dan akhirnya ditembak mati oleh pihak keamanan.
Pada waktu itu Dusun Karang dipimpin oleh seorang Demang yang bernama Wiryo Taruno. Setelah Wiryo Taruno berhenti karena sudah sangat lanjut usia, maka diganti oleh putranya, yang bernama Demang Adi Taruno, karena pada jaman dulu yang berhak atau yang kuat menjadi Demang adalah keturunannya. Masa pemerintahan Demang Adi Taruno sampai akhir tahun 1922.
Pada tahun yang sama, diperkirakan tahun 1900 sampai dengan tahun 1922 ada sebuah desa yang berdekatan dengan desa Karang, yaitu Desa Wonocoyo yang terdiri dari 2 Kasunan / Kamituanan, yaitu Dusun Wonocoyo Krajan dan Dusun Bendogolor. Dusun Wonocoyo Krajan terletak di wilayah Kawedanan seperti jaman kerajaan kecil. Sedangkan Dusun Bendogolor terletak di dekat pinggiran pantai laut selatan. Disebut Dusun Bendogolor, karena di wilayah itu terdapat banyak pohon Bendo.
Pada masa itu, Desa Wonocoyo di Demangi oleh oleh seseorang yang sakti yang bernama Buyut Mangil. Demang ini suka bersemedi untuk perluasan pedukuhan dengan cara “ mbabat alas “, yaitu membuka tempat – tempat yang masih rimbun dan angker. Lama kelamaan, desa itu semakin ramai dan setelah lanjut usia, beliau diganti oleh putranya yang bernama Demang Karyo Sudiro. Pada masa pemerintahannya, Demang Karto Sudiro menjalankan tugasnya sebagai seorang kepala desa dengan baik. Beliau berhenti pada tahun 1922 karena usianya yang sudah tua.
Pada tahun itu dua desa, yaitu Desa Karang dan Desa Wonocoyo mendapat perintah dari atasan untuk menyatukan dua Desa itu guna mempermudah pelayanan administrasi dan menjalankan sistem pemerintahan. Lalu mereka mengadakan rembug desa yang isi dari intinya bahwa dua desa itu sepakat untuk digabung menjadi satu desa. Setelah rembug desa itu, mereka mengadakan pilihan calon Demang yang nantinya akan memimpin desa baru, yaitu Desa Wonocoyo. Pemilihan itu memunculkan 2 orang calon demang, yaitu :
- Buyut Joyo Taruno dari Desa Wonocoyo
- Buyut Karyo Sudiro dari Desa Karang
Pilihan itu diadakan dengan cara voting. Secara berkelompok, para pendukung berbaris di belakang calon / jago masing – masing dan ternyata yang paling banyak pendukungnya adalah Buyut Karyo Sudiro dari Desa Karang.
Setelah pemilihan selesai, maka desa yang baru, yaitu Desa Wonocoyo dipimpin oleh seorang Demang yang bernama Demang Karyo Sudiro. Semenjak dipimpin oleh Demang Karyo Sudiro, pemerintahan desa berjalan dengan baik, saling menghormati dan saling membenahi satu sama lain. Warga masyarakat juga bisa menjaga kerukunan dan gotong royong. Namun sayang pada masa itu Indonesia masih dijajah oleh Belanda dan berganti Jepang, sehingga masyarakat desa masih terkekang karena adanya pengaruh pemerintahan Jepang yang sangat kuat. Setelah menginjak tahun 1945, Demang Karyo Sudiro berhenti dari jabatannya, yang juga bersamaan dengan merdekanya Negara Indonesia.
Pada tahun 1945 itu, Desa Wonocoyo mengadakan pilihan yang kedua untuk memperebutkan kursi kepala desa. Dan para jagonya adalah :
- Amir Karto Atmojo dari Dusun Karang
- Karjan dari anggota kepolisian Dusun Karang
- Muhyi Carik dari Dusun Krajan Lor / Utara
Setelah pemilihan selesai, yang terpilih menjadi kepala desa adalah Bpk. Amir Karto Atmojo dari Dusun Karang. Semasa pemerintahannya, ia menjaga teguh kedisiplinan, adil dan bijaksana dalam mengemban tugas menata pemerintahan dan mengabdi kepada masyarakat dan negara.
Menginjak tahun 1973, Bpk. Amir Karto Atmojo memutuskan berhenti dari jabatannya sebagai kepala desa karena usianya sudah tua, dan jabatan itu diganti oleh Bpk. Suro ((careteker) dengan tidak melalui proses pemilihan karena beliau mendapat tugas sebagai kepala desa itu dari unsur Satpol PP di Kecamatan. Setelah 4 tahun sebagai kepala desa, Bpk. Suro berhenti dari jabatannya pada tahun 1977.
Pada tahun 1977 itu, pilihan kepala desa dilakukan dengan cara dipilih langsung oleh masyarakat lagi. Para calonnya adalah :
- Sayuti dari Kamituwo Bendogolor
- Muslih dari Kamituwo Karang
- Samuri dari Kamituwo Wonocoyo Utara / Uceng
- Daris dari Kehutanan
Diantara ke-4 calon, yang terpilih menjadi kepala desa Wonocoyo adalah Bpk. Sayuti dari Kamituwo Bendogolor. Beliau menjabat sebagai kepala desa selama 13 tahun atau sampai tahun 1990. Setelah itu, jabatan kepala desa diganti oleh Bpk. Sutjipto yang juga melewati proses pilihan langsung. Beliau menjabat selama dua periode ( 16 tahun ) dan berhenti pada tahun 2006. Dan akhirnya, dengan juga melewati proses pilihan langsung, jabatan kepala desa dipegang oleh Bpk. Sasmito Hadi Waluyo hingga tahun 2013.
Adalah seorang mantan anggota DPRD Kabupaten Trenggalek, Didik Herkunadi yang kemudian menduduki jabatan Kepala Desa Wonocoyo hingga sekarang setelah Sasmito Hadi Waluyo purna tugas.
Layanan Mandiri
Silakan datang / hubungi perangkat Desa untuk mendapatkan kode PIN Anda.
Masukkan NIK dan PIN!
Komentar Terkini
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Jumlah pengunjung |
- MENJAGA PURBA TERSISA DARI ANCAMAN KEPUNAHAN
- MENJAGA NGUMBUL TIRTA UNTUK KEHIDUPAN
- AKSI MITIGASI TIGA PILAR DESA WONOCOYO “DILARANG MANDI DI LAUT”
- FASILITASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK PETANI
- RUMAH KECIL YANG INDAH UNTUK MBAH MISKAM
- MEDIASI AKTE KELAHIRAN UNTUK ANAK SEKOLAH
- RHIZOPHORA MUCRONATA UNTUK PANTAI KAMBAL